Kerajaan Bahrain (Arab: مملكة
البحرين) adalah sebuah
negara kepulauan di Teluk Persia yang tidak mempunyai perbatasan. Teluk Bahrain
memisahkan negara ini dengan Qatar dan Arab Saudi. Tetangga Bahrain, Arab Saudi
terletak di sebelah barat dan disambungkan ke Bahrain melalui Tambak Raja Fahd
yang dibuka secara resmi pada 25 November 1986 dan Qatar di sebelah selatan
menyeberangi Teluk Persia. Luas wilayahnya hampir setara dengan luas wilayah
DKI Jakarta.
Kini sedang direncanakan pembuatan Jembatan Persahabatan
Qatar-Bahrain yang menghubungkan Bahrain dan Qatar. Apabila jembatan ini
selesai dibangun, maka akan menjadi bangunan penghubung terpanjang di dunia.
Bahrain telah ditempati oleh manusia sejak zaman
pra-sejarah. Lokasinya yang strategis di Teluk Persia telah berpengaruh bagi orang-orang
Assyria, Babilonia, Yunani, Persia, dan terakhir sekali Arab (penduduknya
kemudian menjadi Muslim). Bahrain pada zaman silam dikenal sebagai Dilmun ,
Tylos (nama Yunaninya), Awal, malah Mishmahig sewaktu dibawah pemerintahan
Kesultanan Persia.
Pulau-pulau di Bahrain yang terletak di tengah-tengah
sebelah selatan Teluk Persia berhasil menarik penjajah sepanjang sejarah.
Bahrain dalam Bahasa Arab berarti "Dua Laut". Hal ini merujuk pada
fakta yang pulau ini mempunyai dua sumber air berbeda, air tawar yang muncul
dari dalam tanah dan air asin yang mengelilinginya.
Sebagai sebuah pulau yang strategis yang berada di antara
Timur dan Barat, tanah yang subur, dan air tawar berlimpah, dan tempat penyelam
mencari mutiara telah menjadikan Bahrain pusat pemukiman sepanjang. Selama 2300
tahun, Bahrain menjadi pusat perdagangan dunia di antara Mesopotamia (sekarang
Irak) dan Lembah Indus (sekarang sebuah wilayah di India). Adalah peradaban
Delmon yang mempunyai kaitan erat dengan Peradaban Sumeria pada abad ke-3 SM.
Bahrain menjadi bagian dari Babilon lebih kurang pada tahun 600 SM.
Catatan-catatan sejarah menunjukkan Bahrain dikenal melalui pelbagai julukan
yang di antaranya "Mutiara Teluk Persia".
Bahrain hingga tahun 1521 terdiri dari daerah Ahsa (yang lebih
besar), Qatif (keduanya kini menjadi propinsi timur Arab Saudi), serta Awal
(kini pulau Bahrain). Daerah Bahrain terbentang hingga (kini) Kuwait hingga
Oman dan dinamakan Propinsi Bahrain (atau Iqlim Al-Bahrain). Namun pada 1521,
kedatangan Portugis telah memisahkan Awal (kini Bahrain) dengan daerah lainnya
dan hingga kini Bahrain dikenal sebagai wilayah yang dikenal sekarang.
Dari abad ke-16 Masehi hingga tahun 1743, pemerintahan
Bahrain sentiasa berubah-ubah di antara Portugis dan Persia. Akhirnya, Sultan
Persia, Nadir Shah menguasai Bahrain dan atas alasan politik mendukung
mayoritas Syiah. Pada lewat abad ke-18 Masehi Keluarga Al-Khalifah mengambil
alih pulau ini. Untuk menjaga agar pulau ini tidak jatuh kembali ke tangan
Persia, mereka menjalin persahabatan dengan Britania Raya dan menjadi negeri
dibawah naungan Britania.
Minyak ditemukan pada tahun 1931 dan sejak itu Bahrain
dibangun dan mengalami modernisasi pesat. Hal ini juga menjadikan hubungan
dengan Britania Raya lebih baik dan dibuktikan dengan makin banyaknya
pangkalan-pangkalan Inggris yang pindah ke pulau tersebut. Pengaruh menguat
seiring dengan makin berkembangnya negara ini, puncaknya saat Charles Belgrave
dilantik menjadi penasihat. Belgrave kemudian mengukuhkan sistem pendidikan modern
sebagai bagian pendidikan di Bahrain.
Setelah Perang Dunia II, sentimen anti-Inggris menguat di
wilayah-wilayah Arab dan mengakibatkan terjadinya kerusuhan di Bahrain. Pada
tahun 1960-an, pihak Inggris menyerahkan masa depan Bahrain pada Arbitrase
internasional dan meminta agar PBB mengambil alih tanggung jawab. Pada tahun
1970, Iran terus menerus menuntut haknya terhadap Bahrain dan pulau-pulau lain
di Teluk Persia, namun salah satu perjanjian dengan pihak Britania Raya, mereka
kemudian setuju untuk tidak meneruskan tuntutannya terhadap Bahrain jika
tuntutan (Iran) lainnya dikabulkan.
Britania Raya mundur dari Bahrain pada bulan Agustus 1971,
menjadikan Bahrain sebagai sebuah negara 'merdeka'. Peningkatan harga minyak
pada tahun 1980-an sangat menguntungkan Bahrain, namun harga minyak yang turun
drastis malah tidak terlalu mengguncang perekonomian walaupun terasa sulit. Hal
ini mengakibatkan sektor ekonomi dipaksa berkembang dan bervariasi.
Setelah terjadinya Revolusi Islam Iran pada tahun 1979,
tokoh Syiah Bahrain pada tahun 1981 melancarkan perebutan kekuasaan. Walau
bagaimanapun, percobaan mereka gagal. Pada tahun 1994, kerusuhan demi kerusuhan
dilakukan oleh golongan Syiah yang tidak puas dengan ketidakadilan
pemerintahan.
Pada bulan Maret 1999, Hamad ibn Isa al-Khalifah
menggantikan ayahandanya sebagai kepala negara. Ia menjalankan pelbagai
perubahan, di antaranya; memberi hak pilih kepada kaum wanita dan membebaskan
semua tahanan politik.
Bahrain hingga hari ini merupakan anggota Liga Arab.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahrain
No comments:
Post a Comment